Jakarta, MCP – Aksi mogok kerja secara nasional oleh serikat pekerja Prancis pada Selasa (18/10) menyebabkan gangguan transportasi massal dan berdampaknya layanan pendidikan. Lalu lintas kereta regional dan antarkota terputus hampir setengahnya.
Serikat pekerja Prancis menyerukan aksi mogok nasional hingga memperluas pemogokan kilang selama berminggu-minggu menyebabkan kekurangan bahan bakar minyak (BBM) dan antrean panjang di SPBU. Pekerja, yang sekarang termasuk guru, menuntut gaji lebih tinggi di tengah meningkatnya biaya hidup.
Kementerian Pendidikan Prancis menyebut hampir 10% guru sekolah menengah mogok pada Selasa (18/10). Sedangkan raksasa nuklir Prancis EDF menyebut lebih dari 16% pekerjanya mogok, hal ini menyebabkan pekerjaan pemeliharaan reaktor menjadi tertunda.
Baca juga : Prancis Demo Besar-besaran Terus Memanas Demonstran ‘Teriak’ Inflasi
Bersamaan dengan tuntutan upah, para pekerja mempertahankan hak mogok mereka karena marah dengan keputusan pemerintah yang memaksa beberapa karyawan kilang bekerja untuk memulihkan pasokan BBM.
“Keputusan pemerintah mengancam beberapa pekerja kilang dengan denda dan tuntutan pidana jika mereka menolak untuk bekerja telah menjadi pendorong utama aksi mogok lebih luas. Para pekerja menganggap langkah tersebut sebagai ancaman terhadap hak konstitusional mereka untuk melakukan protes,” dikutip pemberitaan CNN, Rabu (19/10/2022).
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan telah memerintahkan polisi agar meninggalkan pria dan wanita Prancis yang ingin protes untuk menghormati hak konstitusional.
“Tetapi pemerintah kemungkinan akan terus mengeluarkan perintah kerja hari ini untuk menyelesaikan masalah pasokan BBM. Akan ada sebanyak mungkin orang yang diperintahkan kembali bekerja sesuai kebutuhan,” ujar Juru Bicara Pemerintah Olivier Veran.
Veran mengkritik blokade yang sedang berlangsung di kilang oleh serikat pekerja Prancis CGT. Mengingat mayoritas pekerja sekarang telah setuju untuk melakukan kesepakatan upah dengan ExxonMobil dan TotalEnergies.
“Terus memblokir sarana kerja untuk semua orang, menghentikan orang mengakses sarana kerja ini, bukanlah situasi yang normal,” ucap Veran.
CGT menuntut kenaikan gaji 10%, lebih dari kenaikan 7% yang disepakati antara TotalEnergies dan dua serikat pekerja lainnya, CFE-CGC dan CFDT. Sementara pekerja ExxonMobil setuju mengakhiri blokade terhadap kilang dan depot Fos-sur-Mer di Prancis selatan akhir pekan lalu setelah negosiasi gaji.
Berita lainnya :
- Turis Asing Asal Polandia Kemping Ditepi Pantai Purnama Ngamuk Saat Ditegur
- Pasukan Muslim Pernah Kepung Benteng Yahudi Di Wilayah Khaibar
- Kepala BIN Budi Gunawan : Aura Pak Jokowi Pindah ke Pak Prabowo
- KPK Jelaskan Tersangka Baru Kasus Korupsi Pembangunan Stadion Mandala Krida Yogyakarta
- Ketua MPR Bambang Soesatyo Tak Yakin Nasib Kota Negara (IKN) Nusantara, Setelah Presiden Jokowi Berakhir 2024
Perselisihan upah terjadi karena meningkatnya biaya hidup di Prancis, di mana tagihan listrik melonjak akibat pemangkasan pasokan gas alam Rusia yang telah memicu krisis energi di Eropa.
“Pada hari Minggu (16/10), puluhan ribu orang turun ke jalan di Paris untuk memprotes krisis biaya hidup dan apa yang mereka katakan adalah kelambanan oleh pemerintah Prancis,” tandasnya.
(aid/das)
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta mediacyberpendidikan.com +62 821-2071-2031 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.