Tel Aviv, MCP– Tinggal di salah satu kota termahal bagi masyarakat kelas bawah sangat sulit. Ini yang dialami salah satu warga di Tel Aviv. Ibu kota Israel itu dinobatkan sebagai kota termahal di dunia untuk ditinggali pada 2021 oleh kelompok riset global The Economist Intelligence Unit (EIU).
Sementara menurut perusahaan mobilitas global ECA International, Tel Aviv berada di peringkat keenam kota termahal untuk ditinggali tahun ini. Adapun peringkat 1 hingga 5 secara berurutan, yakni Hong Kong, New York, Geneva, London, dan Tokyo.
Salah satu warga yang kesulitan hidup di salah satu kota termahal di dunia itu adalah Dekla Shaar. Dia terpaksa mengemasi barang-barangnya dan pindah bersama dengan suami serta kelima anaknya ke tenda di taman umum setelah tidak mampu membayar sewa apartemen di Tel Aviv.
Dia mengaku, itu adalah titik terendah dalam hidupnya. Dia tidak punya pilihan karena melonjaknya biaya hidup di kota pesisir Israel.
Baca juga : Sejumlah Orang Tewas dan Terluka Akibat Ledakan di Pusat Kota Istanbul Turki
“Ini adalah perasaan yang sangat menyakitkan, rasanya sangat buruk sebagai seorang ibu. Saya telah bekerja sangat keras untuk membuat anak-anak saya bahagia sampai saya pingsan dan saya tidak punya apa-apa untuk diberikan kepada mereka,” katanya, dikutip dari ABC, Minggu (20/11/2022).
Dia hanya salah satu dari banyak keluarga yang berkorban agar mereka dapat terus hidup di salah satu kota termahal di dunia. Kehidupan di Tel Aviv datang dengan label harga yang mahal.
Keluarga Shaar menjadi keluarga berpenghasilan tunggal tahun lalu setelah Shaar mengalami kecelakaan mobil dan tidak bisa bekerja lagi. Suaminya bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan sekitar 2.600 dolar AS per bulan. Sharr mengatakan, uang itu tidak cukup untuk membayar sewa apartemen dengan dua kamar tidur sebesar 3.000 dolar AS per bulan di Giv’atayim, salah satu lingkungan termiskin di Tel Aviv.
Baca juga : Beban Biaya Hidup Makin Mahal, Banyak Wanita Inggris Jadi PSK
Menurut Biro Pusat Statistik Israel, sewa bulanan rata-rata apartemen dua kamar tidur di Tel Aviv pada 2020 lalu sebesar 2.064 dolar AS. Biaya itu terus meningkat sejak awal pandemi. “Hidup di Tel Aviv sangat mahal, harga naik sepanjang waktu. Harga roti yang merupakan sembako begitu tinggi, dan sewa yang dulu terjangkau, sekarang tidak. Semuanya semakin mahal di Israel,” ujarnya.
Sementara itu, laporan EIU juga menemukan kenaikan tajam harga bahan makanan, transportasi, dan minuman keras di Tel Aviv. Di sebuah supermarket Tel Aviv di pinggiran kota yang dikunjungi oleh ABC, roti cokelat termurah seharga 9 dolar AS atau sama dengan sebotol selai kacang biasa.
Sekotak kantong teh dihargai sekitar 11 dolar AS dan 1 kilogram steak daging sapi berharga 30 dolar AS. Shaar dan keluarganya sekarang hidup dengan cara berutang di beberapa minimarket atau mengandalkan sumbangan makanan. “Saya berutang ke minimarket itu. Saya merasa malu untuk masuk ke sana lagi. Ketika saya punya uang, saya akan membayarnya kembali,” ucapnya sambil menunjuk minimarket. Seperti banyak negara lain, Israel telah mengalami lonjakan inflasi pascapandemi, meskipun masih jauh di bawah tingkat negara-negara Barat.
Baca juga : Rata-rata Biaya Pendidikan SMA di Jakarta Termahal Nasional
Pada Oktober lalu, tingkat inflasi tahunan melonjak menjadi 5,1 persen dari bulan sebelumnya 4,6 persen. Profesor ekonomi Elise Scheiner Brezis dari Universitas Bar Ilan mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat pemerintah menciptakan “badai sempurna” di Israel. Sebagian besar produk, termasuk bahan makanan dikenai pajak sebesar 17 persen. Beberapa produk impor juga dikenakan tarif tambahan dan pajak pembelian, tetapi angka pastinya sebagian besar dirahasiakan.
Brezis menuturkan, Israel juga beroperasi seperti pasar tertutup yang membatasi impor. Itu membuat Israel bergantung pada produksi lokal yang dikendalikan oleh segelintir perusahaan. “Kami negara kecil sehingga produksi hanya dilakukan oleh dua atau tiga perusahaan yang memiliki banyak kekuatan monopoli,” ucapnya. Awal tahun ini, warga Israel turun ke jalan memprotes pemerintah untuk mengurangi biaya hidup.
Berita lainnya :
- Kaesang Pangarep Resmi Masuk PSI, Penyerahan KTA Langsung oleh Giring
- Kepsek SD Negeri Cibeureum Lawan Wali Kota Bogor Bima Arya
- Tim Pemenangan Anies-Cak Imin Umumkan Nama Tim Pemenangan Baja
- SBY Nyanyikan Lagu,Prabowo Asyik Berjoget ‘Kamu Nggak Sendirian’ di Rapimnas PD
- Partai Demokrat Resmi Usung Ketum Gerindra Prabowo Subianto Balon Presiden 2024
Masalah ini telah mendominasi kampanye politik menjelang pemilihan umum negara itu pada November mendatang. Sementara sebuah laporan biaya hidup yang dilakukan organisasi bantuan Israel Latet menemukan lebih dari seperempat penduduk negara itu hidup dalam kemiskinan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta mediacyberpendidikan.com +62 821-2071-2031 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ayo Kita Perduli Anak-Anak Indonesia Tetap Sekolah