Amerika Pertahankan Persyaratan Tes Covid dari China, China Ancam Lakukan Balasan Karena Bermuatan Politis

Media Cyber Pendidikan Media Cyber Pendidikan
0 0
Read Time:2 Minute, 48 Second

Jakarta, MCP —Pemerintah China menyebut pengetatan perjalanan yang diberlakukan oleh beberapa negara terhadap pelancong asal China bermuatan politik – dan memperingatkan pihaknya bakal melakukan balasan.

China ancam lakukan balasan, sebut aturan wajib tes negatif Covid-19 bagi warganya ‘berbau politis’© Reuters

Amerika Serikat, India, dan Inggris adalah sejumlah negara yang mewajibkan hasil tes negatif Covid-19 bagi pelancong dari China.

Pasalnya China baru-baru ini mengalami lonjakan kasus Covid usai pelonggaran kebijakan nol kasus diberlakukan.

Selain itu muncul kekhawatiran atas kasus positif dan angka kematian yang tak terlaporkan.

Baca juga : Musim Dingin, Lonjakan Kasus Covid-19 di China Sebabkan Harga Minyak Mentah AS Turun 1 Persen

Perkembangan harian kasus positif Covid di China pada 24 Desember dilaporkan kurang dari 5.000 kasus – tapi beberapa analis mengeklaim total kasus positif harian sudah lebih dari dua juta, dan pada puncaknya bisa mencapai empat juta kasus bulan ini.

Kurangnya data – dan pengumuman bahwa China melonggarkan pembatasan perjalanan mulai 8 Januari menyebabkan lebih dari puluhan negara mewajibkan tes Covid kepada turis dari China.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak China untuk berbagi lebih banyak informasi waktu nyata atau real-time. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada Selasa (03/01) mengatakan Beijing bersedia untuk “memperbaiki komunikasi dengan negara-negara di dunia”.

Spanyol adalah satu dari sejumlah negara yang mewajibkan tes negatif Covid-19 bagi turis dari China.© Getty Images

Bagaimanapun, juru bicara Mao Ning berkata pemerintah “dengan tegas menentang upaya untuk memanipulasi langkah-langkah pencegahan dan pengendalian epidemi demi tujuan politik, dan akan mengambil tindakan yang sesuai dengan prinsip timbal balik.”

Perbatasan China sebagian besar telah ditutup sejak Maret 2020 – artinya hanya sedikit orang asing yang bisa masuk dan bagi mereka harus menjalani tes serta karantina yang ketat.

Baca juga : Siaga Perang, Amerika Lawan China Latihan Bersama Sekutu-Sekutunya di Asia

Badan pencegahan penyakit Uni Eropa dan Kepala Petugas Medis Australia sama-sama berpendapat bahwa tingkat vaksinasi dan kekebalan yang tinggi mengurangi ancaman yang ditimbulkan oleh Covid.

Namun terlepas dari itu, negara-negara termasuk Uni Eropa telah memberlakukan tes Covid untuk pelancong dari China.

“Saya kira kami hanya menjalankan tugas kami dalam melindungi warga Prancis dengan mewajibkan tes,” ujar Perdana Menteri Prancis, Elisabeth Borne, Dikutip BBC Rabu (04/01).

“Kami melakukan itu karena menghormati aturan Organisasi Kesehatan Dunia dan kami akan terus memberlakukannya.”

Komisi Eropa yang merupakan badan eksekutif Uni Eropa mengatakan banyak sekali negara anggota yang mendukung pemberlakuan pembatasan perjalanan. Beberapa negara telah memberlakukan kebijakan mereka sendiri, tetapi keputusan apakah hal itu akan diperluas ke semua negara Uni Eropa akan disampaikan pada Rabu (04/01).

Amerika Serikat juga telah mempertahankan persyaratan tes Covid terhadap pelancong dari China, dengan mengatakan bahwa pendekatan itu didasarkan “semata-mata dan secara khusus pada sains”.

Ini bukan pertama kalinya Beijing berselisih dengan komunitas internasional terkait virus tersebut. Covid-19 pertama kali terdeteksi di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 dan pemerintah China menolak upaya untuk menyelidiki asal-usulnya.

Berita lainnya :

Sementara itu, China pada Selasa (03/01) menolak tawaran dari Uni Eropa untuk memasok vaksin Covid-19 dalam jumlah yang tidak ditentukan untuk membantu mengatasi lonjakan kasus, dengan mengatakan pihaknya memiliki “persediaan yang memadai”.

Data resmi menunjukkan China telah memberikan lebih dari 3,4 miliar dosis – sebagian besar di antaranya adalah CoronaVac.

Pemerintah China sejauh ini bersikeras hanya menggunakan vaksin buatan China, yang telah terbukti kurang efektif dibandingkan vaksin mRNA buatan Barat untuk melawan varian Omicron.



Peringkat: 3 dari 5.
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Next Post

Menteri Ketenagakerjaan : Perppu Bukti Komitmen Pemerintah Berikan Perlindungan Tenaga Kerja dan Keberlangsungan Usaha

Jakarta, MCP — Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah […]

Like, Subribe, & Coment Now