
Jakarta, MCP — Istilah ‘princess syndrome’ baru-baru ini mencuat di media sosial. Banyak warganet mengaitkan istilah tersebut dengan sosok remaja perempuan berinisial AGN (15) yang muncul dalam kasus penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy.
Istilah ini mulai ramai setelah diunggah oleh salah seorang pengguna Twitter. Unggahan itu menyebutkan bahwa princess syndrome merupakan gambaran remaja perempuan yang memanipulasi pacarnya untuk memukuli mantan kekasihnya.
Meski tak secara eksplisit menyebutkan nama AGN, namun banyak warganet yang mengira unggahan tersebut dibuat khusus terkait kasus yang kini tengah menyeret nama anak pejabat Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan tersebut.
Lantas, sebenarnya apa itu princess syndrome?
Melansir Psychology Today, princess syndrome atau juga yang dikenal dengan princess sickness atau Cinderella Complex merupakan kecenderungan perilaku ketika seorang remaja perempuan menjalani kehidupannya bagaikan dongeng.
Baca juga : Tau Tidak?, Komunikasi dengan Diri Sendiri Bisa Bikin Mental Lebih Sehat
Perempuan dengan sindrom ini hanya berfokus pada hal-hal yang indah, menempatkan dirinya di pusat alam semesta, dan terobsesi dengan penampilannya.
Meski tak menjadi istilah medis yang resmi, namun banyak remaja perempuan yang mengalami hal tersebut.
Princess syndrome mungkin tidak dianggap sebagai hal yang serius ketika dialami anak perempuan. Namun, kondisi ini bisa menjadi masalah ketika sang anak beranjak dewasa.
Pasalnya, kondisi ini akan berpengaruh pada harga dirinya, ketergantungannya pada orang lain, bagaimana dia menjaga dirinya sendiri, dan seberapa berdaya dirinya.
Baca juga : 5 Analisa Kebohongan Seseorang Melalui Isyarat Verbal Lawan Bicara
Sementara itu, istilah princess sickness juga dikenal sebagai istilah yang digunakan dalam bahasa sehari-hari di Asia Timur dan Tenggara. Istilah ini menggambarkan kondisi narsisme dan materialisme pada perempuan atau sindrom yang membuat seorang perempuan merasa seperti seorang putri secara berlebih.
Sementara itu, psikolog klinis dari CalSouthern University, AS, Nancy Irwin menyatakan, beberapa orang tua kadang mengembangkan princess syndrome pada anak perempuannya tanpa disengaja.
“Princess syndrome adalah sikap yang ditanamkan oleh orang tua pada anak perempuan,” tulisnya dalam sebuah artikel di situs web pribadinya.
Ia menyebut bahwa sindrom ini membuat seorang perempuan terbiasa memiliki relasi yang tidak sehat, harga diri yang bergantung pada penampilan dan pembawaan mereka, hak, narsisme, serta memiliki ekspektasi yang tidak realistis. Remaja perempuan dengan princess syndrome merasa bahwa mereka pantas mendapatkan perlakuan bak tuan putri.
Baca juga : Wulan Guritno, Single Mom Diam-diam Kerja Jadi “Cewek Open BO”.
Irwin juga menguraikan bahwa princess syndrome juga bisa memberikan pengaruh negatif pada hubungan pribadi. Pasalnya, mereka akan merasa layak mendapatkan lebih banyak atau sesuatu yang lebih baik.

‘Pengidap’ princess syndrome biasanya tumbuh menjadi sosok yang dangkal, tidak mampu berbagi, dan berkompromi. Mereka juga mungkin mengabaikan perasaan atau keterampilan orang lain.
Tak cuma itu, mereka juga mungkin akan sering mengeluh, merengek, dan merasa bimbang karena hal-hal di sekitarnya dinilai belum sempurna.
Dengan kata lain, tak ada hal apa pun yang bisa membuat mereka senang, karena mereka tak pernah belajar untuk menyenangkan diri sendiri.
Berita lainnya :
- Waka 1 Bidang Organisasi dan Keanggotaan Lakukan Konsolidasi Rayon GM FKPPI Se-Kabupaten Bandung
- Kaya dan Miskin, ini 5 Kebiasaan dan Pola Pikir yang Membedakannya
- Tilang Manual di Kabupaten Bandung, 45 Pengendara Ditilang
- Presiden Jokowi Resmikan Jembatan Kretek II Bantul DIY
- Menteri Hukum dan HAM Yasonna Pidana Kecil Diselesaikan di Tingkat Desa /Penyelesaian Non Ligitasi
Irwin menjelaskan, salah satu tanda yang perlu diwaspadai adalah saat seorang anak atau remaja perempuan sering merengek. Selain itu, ada pula beberapa gejala lainnya seperti berikut:
– cemberut,
– perilaku menipu,
– memanipulasi orang lain untuk menyenangkan mereka,
– mencari kesalahan orang lain,
– menindas orang lain secara verbal,
– bersaing dengan perempuan lain untuk mencari perhatian,
– selalu butuh dipuji.
(frr)
